Minggu, 10 Mei 2009

Ringkasan Sifat Dzikir Nabi Shallallahu ‘alaiHi wa sallam Setelah Shalat Fardhu

assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh

menyinggung mas'alah hadist yg pertama di bawah, ana mau tanya :
dari guru ngaji saya {dahulu} bacaannya begini: allahumma antas salam wa
minkassalam fahayyina robbana bissalam wa'adkhilna jannata darossalam tabarokta
yaa dzal jalali wal ikhrom. apakah bacaan dr guru ngaji saya {dahulu} ini
sesuai ada dalil dan hadist nya.
terimakasih atas perhatiannya
wassalamualaikumwarohmatullahiwabarokatuh


Budi Aribowo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,

Pak Adi, semoga Bapak dan keluarga selalu dirahmati oleh Allah Ta'ala, semoga
artikel berikut dapat menjawab pertanyaan no. 1 dan no. 2

Ringkasan Sifat Dzikir Nabi Shallallahu ‘alaiHi wa sallam
Setelah Shalat Fardhu

Berikut adalah sebagian hadits �Ehadits shahih tentang sifat dzikir Nabi
ShallallaHu alaiHi wa sallam setelah selesai shalat fardhu :
Hadits Pertama
Dari Tsauban ra., ia berkata,

“Biasanya Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai dari
shalatnya, beliau mengucapkan :

AstaghfirullaH (3 kali), kemudian beliau mengucapkan :

AllaHumma antas salaam wa minkas salaam tabaarakta yaa dzal jalaali wal
ikraam�Elt;/I> (HR. Muslim 2/94, Ahmad 5/5275, Abu Dawud no. 1513, An Nasa’i
no. 3/58, Ibnu Khuzaimah no. 737, Ad Darimi 1/311 dan Ibnu Majah no. 928)
Hadits Kedua
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang bertasbih/mensucikan Allah di belakang setiap shalat wajib 33
kali, dan bertahmid/memuji Allah 33 kali, dan bertakbir/membersarkan Allah 33
kali, maka jumlahnya menjadi 99 kali. Kemudian ia menyempurnakan menjadi
seratus dengan mengucapkan :

Laa ilaHa illallaHu wahdaHu laa syariikalaHu laHul mulku wa laHul hamdu wa
Huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir

Niscaya diampunkan kesalahan �Ekesalahannya meskipun seperti buih di
lautan�Elt;/SPAN> (HR. Muslim 2/98, Ahmad 2/371, Ibnu Khuzaimah no. 750 dan
Baihaqi 2/187)

Hadits Ketiga
Dari Abu Umamah ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,

�Elt;I>Barangsiapa yang membaca ayat kursi dibelakang shalat wajib, niscaya
tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian�Elt;/I> (HR. An
Nasa’i, Ibnu Sunny no. 121 dan Ibnu Hibban, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani dalam Kitab Silsilatush Shahihah no. 972. Lihat juga Kitab Zadul
Ma’aad oleh Ibnul Qayyim 1/303-304 dengan ta’liq Syu’aib Arnauth dan Abdul
Qadir Arnauth)

Hadits Keempat
Dari Uqbah bin Amir ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkanku, supaya aku
membaca Al Mu’awidzaat di belakang setiap shalat wajib�Elt;/SPAN> (HR, Ahmad
4/155, Abu Dawud no. 1523, An Nasa’I 3/58, Ibnu Hibban no. 2347, Hakim 1/253
dan Ibnu Khuzaimah no. 755, hadits ini dishahihkan oleh Imam Adz Dzahabi dan Al
Hakim)

Al Mu’awidzaat adalah membaca : Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq dan Surat An
Naas.

Adapun adab berdzikir yang sesuai dengan sunnah adalah sebagai berikut :

Pertama, dilakukan dengan suara lemah lembut/merendahkan suara, karena Allah
Ta’ala berfirman,

“Wadzkur rabbaka fii nafsika tadharru’aaw wa khiifataw wa duunal jahri minal
qauli bil ghuwwi wal ashaali wa laa takum minal ghaafiliin�Elt;/SPAN> yang
artinya “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan
janganlah kamu termasuk orang �Eorang yang lalai�Elt;/I> (QS Al A’raaf 205)

Kedua, hendaknya dilakukan sendirian atau tidak beramai �Eramai atau tidak
dipimpin oleh seseorang, karena jika dzikir secara beramai ramai atau dipimpin
oleh seseorang maka menyelisihi firman Allah Ta’ala di atas pada surat Al
A’raaf ayat 205 yaitu pada kalimat “dengan tidak mengeraskan suara�Elt;/I> .
[Bentuk Dzikir yang disukai Allah Ta’ala adalah yang sendirian dan di tempat
yang sepi. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam
bersabda, “Tujuh orang yang dilindungi Allah dalam naunganNya pada hari tidak
ada naumgan selain naunganNya yaitu : Imam (pemimpin) yang adil�Ean seseorang
yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi lalu matanya mencucurkan (air
mata)�Elt;/I> (HR Bukhari)]

Ketiga, jika menghitung bacaan dzikir maka hendaknya menggunakan jari �Ejari
tangan kanan sebagaimana hadits berikut :

Abdullah bin Amr ra berkata, �Elt;I>Ra-aytu rasulullahi ya’qidut tasbiiha bi
yamiinihi�Elt;/I> yang artinya “Aku melihat Rasulullah menghitung bacaan tasbih
(dengan jari �Ejari) tangan kanannya�Elt;/I> (HR. Abu Dawud no. 1502, At
Tirmidzi no. 3486, Al Hakim I/547 dan Baihaqi II/253, hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahiih At Tirmidzi III/146 dan Shahiih Abu
Dawud I/280)

Maraji�Elt;/FONT>
Al Masaa-il Jilid 1, Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah, Jakarta, Cetakan
Kelima, 2005.
Dzikir Pagi Petang, Yazid Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Cetakan
Pertama, Desember 2004.

Tulisan ringkas ini kupersembahkan untuk seluruh kaum muslimin.
Semoga Bermanfaat

Keutamaan Dzikir

Pengantar


Tidak diragukan lagi bahwa amalan lisan yang paling baik adalah memperbanyak dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bertasbih, bertahmid kepada-Nya, membaca kitab-Nya, Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, serta memperbanyak doa dan permohonan kepada Allah Ta'ala dalam segala kebutuhan hidup beragama maupun urusan keduaniaan. Memohon ampunan dengan penuh harap disertai keimanan yang benar, ikhlas, dan tulus. Dan hendaknya bagi siapa saja yang berdzikir dan berdo'a agar selalu berusaha menghadirkan hatinya untuk mengingat keagungan dankekuasan Allah Azza wa Jalla, sehingga hanya dia yang berhak diibadahi.


Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an dan hadits-hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam yang mengungkapkan berbagai keutamaan dzikir dan doa, kami nukilkan beberapa disini dari kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi Rahimahullah.

Dalil-dalil Tentang Keutamaan Dzikir.
Allah Ta'ala berfirman (artinya) : "Dan sesungguhnya dzikir pada Allah itu lebih besar.”
(QS. Al Ankabut: 45)


Artinya, dzikir hamba kepada Allah itu lebih besar dari segala sesuatu dan lebih utama dari ibadah selainnya.


"Karena itu ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”
(QS. Al Baqarah: 152)


"Mereka para Malaikat senantiasa bertasbih pada malam dan siang hari, tanpa merasa lelah maupun bosan.”
(QS. Al Anbiya': 20)


Sedang dalam hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam disebutkan dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:


"Ada dua kalimat yang sangat ringan diucapkan oleh lisan, sangat disukai oleh Ar Rahman (Allah) dan sangat berat dalam timbangannya, yaitu: "Subhanallah wa bihamdih, subhanallahil azhiim" (Maha Suci Allah Yang Maha Agung)." (HR. Bukhari dan Muslim)


Dan dari Samurah bin Jundub Radhiallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda (artinya) :


"Ucapan-ucapan yang paling disukai Allah ada empat: "Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar". Tidak menjadi masalah dengan ucapan yang mana kamu memulainya." (HR. Muslim)


Dari dua hadits diatas, nampak jelas bagi kita bahwa meskipun bacaan dzikir-dzikir tersebut terasa ringan dibaca, namun disisi Allah ternyata amat berat timbangan pahalanya. Sehingga amat dianjurkan bagi kita untuk membiasakan diri mengucapkan dzikir, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, doa, dan istighfar pada setiap waktu, terutama pada pagi dan petang serta setelah shalat fardhu. Karena Nabi sendiri tidak pernah kering lidahnya untuk berdzikir kepada Allah. Aisyah Radhiallahu'anha menyebutkan:

“Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam selalu berdzikir kepada Alah setiap saat." (HR. Muslim)

Dari Abu Malik Al Asy'ary Rahiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda (artinya) :

"Menjaga kesucian (wudhu) itu separuh dari (pahala) iman, Alhamdulillah itu (pahalanya) memenuhi timbangan, dan Subhanallah wal hamdulillah keduanya bias memenuhi apa-apa yang ada diantara langit dan bumi." (HR. Muslim)


Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala serta keutamaan dzikir diatas, meskipun terasa ringan untuk diucapkan. Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Ayub Al Anshari Radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alihi Wa sallam bersabda (artinya) :


"Barangsiapa mengucapkan 'Laa ilaaha ilallah wahdahu laa syariikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai'in qadir' (Tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Milik-Nya semua kerajaan dan segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) sebanyak 10 kali. Maka dia seolah-olah telah membebaskan empat budak dari anak (keturunan) Ismail alaihis salam."


"Seorang Arab Badui (A'rabi) dating kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam seraya berkata: "Ajarilah aku ucapan yang akan selalu akan kuucapkan", Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam menjawab: "Katakanlah: "La ilaha illallah wahdahu laa syariika lahu, Allahu Akbar Kabira, wal hamdulillahi katsira, wa subhanallahi rabbil 'alamin, laa haula walaa quwwata illa billah al-aziz al-hakim. (tiada Ilah yang benar untuk disembah kecuali Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, Al1lah Maha Besar dengan kebesaran-Nya, Segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian . Maha Suci Allah, Penguasa semesta alam. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana). Lalu orang itu berkata: "Itu semua ditujukan kepada Tuhanku, mana yang ditujukan umtuk diriku?" Beliau menjawab: "Katakanlah: "Allahummaghfirli warhamni wahdini warzuqni (Ya Allah ampunilah aku, berilah aku rahmat, berilah aku petunjuk, dan beri aku rizki)." (HR. Muslim)


Hadits ini juga menjadi dalil bagi disunnahkannya tawassul (menjadikan perantara) dalam berdoa kepada Allah dengan dzikir-dzikir yang masyru' (disyariatkan) seperti diatas. Banyak sudah nash-nash yang menyebutkan tentang keutamaan orang yang suka berdzikir. Bahkan dikatakan oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bahwa mereka itu merupakan orang-orang yang istimewa. Beliau bersabda:


"Telah mendahului orang-orang yang istimewa." Para shahabat bertanya: "Siapakah orang yang istimewa itu wahai rasulullah?" Beliau menjawab: "Orang-orang istimewa adalah laki-laki dan perempuan yang selalu berdzikir kepada Allah."
(HR. Muslim)


Sehingga wajar saja apabila Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam menyatakan bahwa:


"Perumpamaan orang yang suka berdzikir kepada Tuhannya (Allah) dengan yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (Yakni "mati" hatinya. -red)
(HR. Bukhari)

Wallahu a'lam.